Merawat rumah yang sudah dimiliki sendiri, bukanlah hal sepele. Banyak diperlukan tenaga dan dana, kadang korban perasaan juga. Rumah yang terawat akan selalu tampil rapi, bersih, aman dan nyaman untuk dihuni, serta dalam jangka panjang akan memiliki nilai ekonomis lebih tinggi, jika sewaktu-waktu akan disewakan atau dijual.
Ketika orang sedang membangun atau membeli sebuah rumah, sering sekali mengabaikan bagaimana nanti untuk masalah perawatannya. Di jaman yang serba mahal ini, orang kerap berlomba-lomba untuk membangun rumah seindah / secantik mungkin, tapi dengan biaya se ekonomis mungkin. Yang penting rumahnya bagus! Padahal justru faktor perawatannya merupakan faktor yang paling penting setelah rumah tersebut dihuni, jadi jangan sekedar indah. Sehingga tidak heran bila sering sekali terdengar keluhan-keluhan, mengapa baru dihuni beberapa bulan kok; Temboknya sudah pada retak-retak? Gentengnya sudah pada bocor? Temboknya pada lembab dan basah oleh rembesan air? Kunci-kunci pintu dan gantungannya sudah pada macet dan oblak? Kran-kran kamar mandinya sudah pada bocor? Saluran pembuangan kotoran dapur dan kamar mandinya sudah pada mampet?, dll.
Sudah lama saya memikirkan, bagaimana sih membuat rumah yang minim perawatannya? Hasil pemikiran itu akan saya coba untuk tuangkan disini. Rumah yang relatif bebas perawatan, bukan berarti rumah tidak perlu dirawat lagi, tetapi tetap masih perlu sekali-kali dirawat sedikit dan hasilnya? WOW... rumahnya lansung kembali kinclong seperti baru!
Berikut ada 6 faktor yang membuat rumah yang dibangun menjadi rumah yang mudah perawatannya:
Memahami kondisi; lahan yang akan dibangun, lingkungan sekitar dan musim / cuaca:
Kondisi lahan perlu dicermati; Apakah dulunya bekas sawah / kebun / rawa? Apakah konturnya datar atau berbukit-bukit? Apakah bentuk lahannya simetris atau asimetris, bahkan abstrak (haha...)? Dll.
Lingkungan perlu dicermati; Apakah relatif dekat dengan pusat industri? Apakah terletak di pinggir jalan yang ramai, yang berdebu ketika musim kemarau dan becek ketika musim hujan? Apakah dekat dengan pantai / laut? Apakah ada di dataran tingggi? Apakah merupakan daerah rawan gempa? Dll.
Perubahan musim / cuaca yang berlaku disana juga perlu dicernati; Apakah lebih sering hujan atau sebaliknya gersang karena jarang turun hujan? Apakah banyak petir ketika musim hujan? Apakah sering terjadi angin kencang / puting beliung di daerah tersebut? Dll.
Menggunakan perhitungan-perhitungan yang cermat dalam desain konstruksinya; dari pondasi, s/d atap, dalam bentuk gambar teknik yang lengkap dengan spesifikasinya.
Perhitungan yang cermat, kadang sering diabaikan oleh para pembangun rumah. Pada umumnya mereka hanya mengandalkan pengalaman saja, sehingga feelingnya yang paling berperan disini. Ketika, misalnya terjadi keretakan tembok yang parah sampai tembus dua arah, barulah disadari kalau feelingnya kali ini salah.
Perhitungan yang cermat digunakan untuk mencegah terjadinya banyak kesalahan dalam pembangunannya. Misalnya, pondasinya dibuat terlalu kecil untuk menahan beban yang sedemikian besar, dimana pondasi yang dipakai hanya cocok untuk rumah berlantai satu, malah dipakai untuk membangun rumah berlantai 2 atau lebih, ya tentu saja bangunan itu cepat atau lambat akan ambles ke tanah.
Perhitungan yang cermat, juga selalu memperhatikan detail-detail bangunan, yang salah satunya berdasarkan faktor I.
Menggunakan / memilih material yang tepat (tidak harus selalu mahal) dan bagus kualitasnya.
Material yang dipilih adalah bersifat menyeluruh, baik untuk keperluan konstruksi maupun finishing (eksterior, interior dan pintu jendela).
Untuk konstruksi, dimulai dari pemilihan bahan / material, berupa; pasir, batu pondasi, batu slip (kerikil), besi beton, semen, bata (batu bata / batako / bata ringan), kayu / baja ringan untuk rangka atap.
Untuk finishing, dimulai dari pemilihan bahan:
Bersambung ke Bagian 2 / 2, habis.
Berikut ada 6 faktor yang membuat rumah yang dibangun menjadi rumah yang mudah perawatannya:
Memahami kondisi; lahan yang akan dibangun, lingkungan sekitar dan musim / cuaca:
Kondisi lahan perlu dicermati; Apakah dulunya bekas sawah / kebun / rawa? Apakah konturnya datar atau berbukit-bukit? Apakah bentuk lahannya simetris atau asimetris, bahkan abstrak (haha...)? Dll.
Lingkungan perlu dicermati; Apakah relatif dekat dengan pusat industri? Apakah terletak di pinggir jalan yang ramai, yang berdebu ketika musim kemarau dan becek ketika musim hujan? Apakah dekat dengan pantai / laut? Apakah ada di dataran tingggi? Apakah merupakan daerah rawan gempa? Dll.
Perubahan musim / cuaca yang berlaku disana juga perlu dicernati; Apakah lebih sering hujan atau sebaliknya gersang karena jarang turun hujan? Apakah banyak petir ketika musim hujan? Apakah sering terjadi angin kencang / puting beliung di daerah tersebut? Dll.
Menggunakan perhitungan-perhitungan yang cermat dalam desain konstruksinya; dari pondasi, s/d atap, dalam bentuk gambar teknik yang lengkap dengan spesifikasinya.
Perhitungan yang cermat, kadang sering diabaikan oleh para pembangun rumah. Pada umumnya mereka hanya mengandalkan pengalaman saja, sehingga feelingnya yang paling berperan disini. Ketika, misalnya terjadi keretakan tembok yang parah sampai tembus dua arah, barulah disadari kalau feelingnya kali ini salah.
Perhitungan yang cermat digunakan untuk mencegah terjadinya banyak kesalahan dalam pembangunannya. Misalnya, pondasinya dibuat terlalu kecil untuk menahan beban yang sedemikian besar, dimana pondasi yang dipakai hanya cocok untuk rumah berlantai satu, malah dipakai untuk membangun rumah berlantai 2 atau lebih, ya tentu saja bangunan itu cepat atau lambat akan ambles ke tanah.
Perhitungan yang cermat, juga selalu memperhatikan detail-detail bangunan, yang salah satunya berdasarkan faktor I.
Menggunakan / memilih material yang tepat (tidak harus selalu mahal) dan bagus kualitasnya.
Material yang dipilih adalah bersifat menyeluruh, baik untuk keperluan konstruksi maupun finishing (eksterior, interior dan pintu jendela).
Untuk konstruksi, dimulai dari pemilihan bahan / material, berupa; pasir, batu pondasi, batu slip (kerikil), besi beton, semen, bata (batu bata / batako / bata ringan), kayu / baja ringan untuk rangka atap.
Untuk finishing, dimulai dari pemilihan bahan:
Eksterior: dempul tembok
/ feeler, cat tembok, keramik, batu alam, element aksesoris (berupa ukiran /
profile), listplank, seng, genteng (gerabah / beton cetakan / sirap~kayu hitam
/ keramik), cat genteng khusus genteng beton, cat batu alam (color / clear),
cat pagar.
Interior: dempul tembok
/ feeler, cat tembok, wall paper (jika ingin), lantai (keramik, gerabah, kayu,
marmer, granite), plafond, list plafond, closet, bathup, westafel, kaca cermin,
keramik dinding, kabel listrik, fiting lampu, stop kontak, saklar, MCB box, wash sink, kran,
dll.
Kusen, pintu dan jendela:
bahan kusen (kayu, plastik, aluminium, plat besi), pintu (kayu alam, multiplek,
plastik, aluminium) dan jendela (kayu alam, aluminium, plat besi), kaca (polos,
bertekstur, laminated, kaca patri), cat pelapis (vernish, politur, melamik,
duco), kunci dan gantungan, teralis jendela, teralis pintu, kawat nyamuk, dll.
Bersambung ke Bagian 2 / 2, habis.
Kenny G All Theway One Formybaby (withfranksinatra) - Kenny G
Tidak ada komentar:
Posting Komentar